Saturday, October 29, 2011

Hidup akan terus berjalan

kenapa harus menangis selama masih bisa tersenyum?
kenapa harus airmata yang keluar saat sedih mulai menyapa?
Lihatlah keluar,
di sana masih banyak yang lebih susah darimu
lihat mereka,
pikirkanlah, sebelum kamu bersedih
selalu bersyukur dengan apa yang kita dapatkan
hidup untuk dijalani, bukan untuk diratapi
sejenak merasa sedih adalah lumrah, tapi jangan berkelanjutan
masih panjang jalan yang harus ditempuh
tidak cukup sampai di sini
ayo bangkitkan semangat, kejarlah impian
berlari seiring berjalannya waktu
pompa terus semangat, kuatkan hati
tetap istiqomah di jalan-Nya
Allah bersama kita,  jadi kenapa harus takut dan bersedih hati??

Itulah Aku

Pagiku sirna terhempas di atas bebatuan tajam
Siang yang menjelang tak mampu membuat hangat tubuhku yang kedinginan di dalam peraduan.
Banyak pesan ku kirimkan untukmu, wahai Rajaku seorang.
Itulah Aku
Bukan untuk menghindari etika itu.
Itulah perasanku…
Karena suara hati tak pernah menipu
Itulah isi hatiku…
Karena bicara kadang membuat lidah kelu.
Itulah kerinduanku…
Karena Aku tak mungkin mendapatkan tempat memenuhi hatimu.
Itulah kesahku…
Karena Engkau adalah pilihan hatiku.
Aku takkan berharap banyak darimu untuk memilikimu,
karena cinta tak harus memiliki
Itulah Aku..
Seorang manusia bodoh yang bermimpi menggapai matahari
Terbakar saat menyentuh api kecilnya
Itulah Aku..
Manusia terlemah yang bermimpi terbang ke langit biru
Pecah berkeping terjatuh saat mendekap awannya
Itulah Aku…
Seorang hamba yang merindukan seorang raja berada di sisinya
Itulah Aku…
Yang selalu mencintaimu sepanjang hidupku
Itulah Aku…
Tak akan pernah membencimu meski Kau acuhkan Aku
Itulah Aku…
Tak akan marah meski akhirnya Kau membenciku
Itulah Aku…
Yang ada di ruang hatiku hanyalah ada cinta dan rindu

Di manakah cinta

Di manakah cinta?
Apabila cinta bermain akrobat di belakangku…
Bila cinta bersembunyi di balik selimut palsu
Bila wajahnya pun bersembunyi di balik topeng
Sehingga belaian hanyalah sebuah bayangan semu
Di manakah cinta?
Bila bibir seperti sayat belati…
Bila mata seperti api menjalar..
Bila langkah menjadi terseret-seret
Sehingga terhempas debu dan angin kencang
Di manakah cinta?
Bila cinta memuntahkan kata-katanya tepat di depan bibir…
Bila cinta memaki aku dipinggir ketidaktahuanku…
Menusuk jantungku dengan sakratisnya…
Sehingga jantung ini merintih sibuk mengais-ngais darah…
Di manakah cinta?
Bila kemunafikan dibalik segalanya…
Bila kebohongan bermain dengan bebasnya…
Bila kepalsuan menjadi sahabatnya…
Sehingga merobohkan setiap sudut hati…
Di manakah cinta?
Bila semuanya menjadi salah…
Bila tangisan menggema dalam setiap langkah…
Bila jeritan hati diacuhkan..
Sehingga semua terkalahkan oleh kepalsuan semata…
Di manakah cinta?
Apabila sang cinta menjilat sendiri kata-katanya…
Kemudian dimuntahkannya kata-kata itu tepat di wajahku…
Meninggalkan jejak kotor di sela-sela tangisku…
Sukses dia mempora-porandai aku yang haus akan kasih sayangnya…
Lalu…
Setelah semua itu terjadi…
Aku masih bertanya-tanya…
Di manakah cinta?
Bila kejujuran digusur oleh kebohongan…
Bila senyuman diganti oleh tangisan…
Dan bila pertanyaan dibunuh oleh pernyataan…
Di manakah cinta?
UNTUK DIA YANG PERNAH BILANG BAHWA CINTA ITU TIDAK DAPAT TERJADI DALAM WAKTU SINGKAT

pesan terakhir



  





di bening matamu kemarin
kutemukan sebutir air mata yang kau tahan
mengeras jadi mutiara
jatuh ke bibirmu
tinggal disana sebentar
menggetar
kemudian menyusup ke tenggorokan

mungkin saja
ia yang sekarang menjelma serak dan sesak pada
barisan kata perpisahan

sudah jangan sendu, sayang
aku ingin pergiku kali ini terdengar merdu
agar angin malam
atau hujan
atau bahkan udara dingin dan kebekuan
bisa mengingatkanmu kapan-kapan
tentang kisahku dalam rindu-rindu
yang haru
tapi tidak biru

aku akan tetap menjadi keindahan
jingga di pagi dan senja
lagu-lagu yang menyapa kelopak matamu sebelum terik
dan mengendap-endap sesaat di lelahmu sebelum mimpi